Pages

Ads 468x60px

Rabu, 07 November 2012

Engkau Ayahku

Sedari kecil aku selau dekat dengan beliau, Ayahku. sampai-sampai, aku harus membawa baju kotornya dan ku pakai tidur dikala aku jauh darinya. sewaktu aku sakit, dengan hanya tidur diperutmya aku bisa sembuh. hahaha.. konyol memang. tapi itu memang benar, seiring dengan bertambahnya usia, aku juga selalu curhat tentang kehidupan dengannya. begitu bangganya aku memiliki ayah seperti beliau.

beliau itu sosok yang tegar dan tabah dalam menjalani hidup. jatuh bangun dalam kehidupannya hanya untuk kebahagiaan keluarga. begitu bijaksana dan dapat diandalkan. sewaktu aku dan adik-adik tak patuh, beliau selalu tegas mendidik kami. tapi beliau juga sangat menyayangi dan memanjakan kami.

entah dimulia dari kapan, aku merasa gundah, bingung, ketakutan, bahkan menangis tak jelas, aku pun tak mengerti mengapa salalu terpikirkan tentang beliau, Ayahku.



bahkan dalam doaku, selalu aku memohon pada Yang Kuasa untuk selalu menjaga beliau.
"Ya Allah, Yang Maha Agung Yang Maha Segalanya, jagalah Ayahku, Panjangkanlah umurnya. Aku ingin dikala aku telah dipersunting oleh lelaki terpilih, Ayahlah yang menjadi waliku dan menyaksikan Aku bersanding bahagia dengan suamiku kelak."

dalam waktu sekitar sebulan, aku selalu merasa rindu setengah mati dengan ayahku. ingin cepat-cepat pulang dari perantauan dan memeluknya erat. melihat senyumnya dan bercerita banyak hal yang telah ku alami saat aku di perantauan menuntut ilmu.

tanggal 21 Mei 2012 jam 18.20 WIB aku pulang. pertama kali aku melihat wajahnya begitu pucat tetapi beliau tetap tersenyum didepanku. beliau sedang duduk di meja kasir di warung makan milik keluargaku. seperti biasa, beliau selalu ramah bercengkrama dengan pelanggan. sungguh tenang hatiku memandang beliau walau aku sedikit merasa mengganjal di hati namun entah apa itu.

tanggal 22 Mei 2012, Hari itu ternyata hari terakhir aku dipeluk Ayah. di rumah hanya ada aku, vava dan Ibu, adikku Bagas sedang di Jakarta. dia sedang liburan setelah UAN SMP yang dia jalani belum lama ini.

tanggal 23 Mei 2012 jam 01.00 WIB, aku masih terjaga. aku resah tak karuan, bahkan aku menangis tanpa sebab. namun kupaksakan mata ini terpejam. jam 02.30 WIB, aku terbangun mendengar Ayahku kesakitan. Aku bergetar ketika melihat beliau terkulai lemah tertidur di kasur tipis di depan tv. disuruhnya aku memijat kakinya. Ya Allah, Ya Tuhanku, begitu dingin kaki beliau. ingin menangis aku melihatnya. tak lama ibuku pun bangun dan keluar dari kamarnya, Ibu begitu terkejut melihat keadaan Ayahku, karena tadinya beliau memeluk Ibu sewaktu tidur. ayahku bilang, beliau ingin melihat bola waktu itu. entah pertandingan apa aku lupa. tapi ternyata kesehatan Ayahku langsung drop karena kecapaian dan telat makan. lama kelamaan ayahku makin lemah,  Vava adikku yang paling kecil yang berumur 13 tahun hanya bingung melihat keadaan Ayahku. Ibu dan aku selalu menuntut ayahku mengucapkan kalimat syahadat. akhirnya tepat jam 04.00 WIB, dengan bantuan tetangga, Ayah dilarikan ke Rumah Sakit terdekat. sesampai di rumah sakit,  aku sudah pasrah dengan segala hal yang akan menimpa ayahku. sesungguhnya aku sangat lemas sampai bergetar tapi aku harus kuat di depan ibuku dan Vava , adikku.

"Ya Allah... Mas Djoko...!", teriak Ibuku sesaat setelah dokter berkata bahwa ayahku dinyatakan terserang stroke berat. membuluh darah di otaknya sudah pecah, beliau akan lumpuh total. operasi bisa ditempuh namun kemungkinan kecil ayahku sembuh.

"sabar ya nak, Bapak uda ga bisa apa-apa, Bapak lumpuh total, sabar ya..." kata ibu sambil menangis memelukku dan vava.

aku dan vava hanya terduduk lemas dan menitikkan air mata. tak menyangka semua ini akan terjadi. sewaktu itu, aku dan Vava sudah berjanji akan senantiasa merawat ayahku walau bagaimanapun adanya.

jam 06.00 WIB, aku mengantar Vava pulang ke rumah untuk bersiap sekolah. jam 06.58 WIB aku sampai ke rumah sakit kembali. baru menginjakkan kaki di depan ruang IGD, aku melihat Ibuku dipeluk sahabatnya, Tante Nung. sementara aku lihat ayahku hanya diam ditempat tidur. banyak orang didalam bilik tersebut. ternyata ayahku telah dipacu jantungnya dengan alat pacu jantung. banyak kabel yang menempel dibadannya. Ibuku terus menangis dipelukan Tante Nung, aku bergetar dan terus mencoba tegar melihat pemandangan yang memilukan itu.

"Bu, Bapak sudah meningga,l" Kata Dokter kepada Ibuku.

ibu langsung memelukku dan berteriak. aku dan ibu menangis. begitu sakit rasanya ditinggal ayah begitu cepat dan mendadak.

jam 07.30 WIB aku menguatkan diriku untuk kembali menjemput Vava disekolahnya. sewaktu aku merangkulnya dan berkata bahwa ayahku telah tiada, dia hanya bilang, " Kok bisa? kan ga sakit?".
"Ya mau gimana lagi, uda takdirnya. kamu sabar ya..." kataku.
selama perjalanan menuju rumah, aku merasakan Vava menangis. dia bersandar menunduk di tas ransel yang kupakai.

ayahku akhirnya di makamkan di kota dimana beliau dibesarkan, di Kediri. sebelum berangkat ke Kediri, ayahku di semayamkan dulu di rumah. begiru banyak orang yang datang. tetangga, teman-teman ayah datang dengan duka dan berlinangan air mata. tadinya aku berusa tegar, tapi karena merekalah aku lemah. mereka menagis didepanku, bagaimana aku tidak ikut menangis?


Ayahku dimakamkan tepat jam 16.00 WIB. Bagas, adikku tidak bisa melihat prosesi pemakaman. dari pagi dia berusaha pulang tapi selalu tidak kebagian sheet pesawat terbang. dia selalu menangis kata Mbah Uti dan keluarga yang ikut menemani Bagas Pulang. akhirnya jam 21.30 WIB, Bagas datang. dia langsung menangis sesenggukkan. aku langsung merangkulnya. mengelus pundaknya dan menenangkannya.
"Mbak, Bagas harusnya ga usah ke Jakarta kalo kaya gini ceritanya." kata Bagas sambil menangis.
"Ya uda, uda terlanjur Gas, ikhlas," Kataku.
"Iya, Bagas Ikhlas, Tapi Bagas nyesel ga ada di waktu beliau meninggal." lanjut Bagas.
aku dan Vava hanya terdiam dan menahan tangis.
selama 1 jam Aku, Bagas, dan Vava duduk bertiga. sama-sama menguatkan dan berjanji menjaga Ibu.

ya, ini cobaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar